Selasa, 09 November 2010

My Privacy Blog

haiiiii semuanya...
aku Aula Arum Wijayanti.
panggil aja arum.
aku anak pertama dari tiga bersaudara.
aku sekarang mahasiswa Universitas Budi Luhur fakultas Tekhnologi informasi.
aku ambil jurusan Sistem informasi.
ini blog pertama aku.
hehehe.
sedikit-sedikit bisa cii,sambil belajar .
jadi aku bisa berbagi sama kalian disini .
okeee.

Jumat, 08 Oktober 2010

Kehidupan Aku





Nama saya Aula Arum Wijayanti,biasa dipanggil Arum. Saya anak pertama dari 3 bersaudara. kedua adik saya adalah perempuan. adik yang pertama SMA kelas 1 di daerah Blok M,dan adik kedua saya SD kelas 3 di daerah Joglo,Jakarta Barat.  saya dilahirkan dari kedua orang yang bersuku Jawa. orang tua perempuan saya asli orang Yogyakarta,dan orang tua laki-laki saya asli orang Kebumen. Mereka orang tua yang cukup sukses. dulu tinggal di desa,sekarang sukses di kota. saya beruntung mempunyai kedua orang tua seperti mereka. mereka baik,penyayang,dan tidak pernah mengeluh sedikit pun jika mereka lelah. mereka terus bekerja untuk membiayai sekolah anak-anaknya. sampai di suatu saat,ibu saya berhentii bekerja,karena alat-alat di perusahaannya sudah tua dan mau dijual. jadi,yang bekerja saat ini adalah ayah saya. ayah saya bekerja di sebuah kantor di daerah Fatmawati. ia sudah bekerja selama belasan tahun. tetapi dia bekerja sambil menahan sakit yang dideritanya. ayah saya mempunyai penyakit Asam Urat. penyakit ini sudah lama ia derita sejak tahun 2007. tapi akhir taun 2009,penyakit itu sering kambuh. ayah tidak bisa jalan dan bekerja,dan sejak itu juga,ayah sering keluar masuk rumah sakit. 7 kali ayah masuk RS.Pertamina,tetapi tidak ada perkembangan. akhirnhya ayah dipindahkan ke RS.Internasional Bintaro,dan disana dokter menjelaskan bahwa ayah saya mennderita Ginjal. banyak usaha yang kami lakukan. dari obat herbal,jamu,sampai obat-obatan,semuanya ayah saya minum. tapi tidak ada perkembangan sama sekali. sekali dua kali ia keluar dari rumah,dan sekali dua kali juga ia balik lagi kerumah sakit. sampai akhirnya dokter menyarankan untuk cuci darah. itu hal yang sangat keluarga kami tidak inginkan,tapi memang itujalan satu-atunya untuk kesehatan ayah. kami mengambil keputusan untuk menerima saran dokter,dan akhirnya cuci darah pun  dilakukan. sekali,dua kali,tiga kali,sampai ayah saya  turun berat badannya sampai 10 kg. tapi sesudah itu boleh dbawa pulang ke rumah. sampai akhirnya tahun  baru pun datang,keluarga kami senang menyambutnya,karena ayah sudah bisa berkumpul kembali dirumah. ayah sangat senang mendengar suara terompet dan kembang api yang bergema dimana-mana. tapi senyuman kami itu tidak lama. sesudah tahun baru,awal Januari 2010 ayah kembali masuk RS.Internasional Bintaro,kembali cuci darah dann suntik dengan berbagai cairan. sampai akhirnya pada tanggal 17 Januari 2010,ayah meninggal di RS pada jam 07.45. begitu sedih kami mendengar berita itu. tangis,lemas,pingsan,itu yang keluargaku alami begitu mendengar ayah meninggal. begitu banyak orang yang melayat dan mengantar ayah ke pemekaman. bagaikan bencana untuk keluarga kami. karena yang bekerja pada saat itu adalah ayah. sekarang ayah pergi untuk selamanya dan kami tidak tau pendapatan apa yang akan didapat untuk keluargaku. sekarang hanya ibu yang berusaha dan berjuang untuk keluaraga dan berusaha untuk sekolah anak-anaknya. dan sekarang saya juga mengerti arti kehidupan dan bagaimana susahnya mencari uang untuk biaya hidup.

Perkembangan Keroncong Masa Kini

Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia (1522) dan pemukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661 [3], dan ini merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880.

Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun 1879 [4], di saat penemuan ukulele di Hawai [5] yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong), sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang (Bondan Prakoso).

Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah[6]
(a) Masa stambul (1880-1920),
(b) Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
(c) Masa keroncong modern (1960-2000), serta
(d) Masa keroncong millenium (2000-kini)

Sabtu, 10 Oktober 2009

Jenis Keroncong

Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.

Kamis, 08 Oktober 2009

Musik Keroncong

Keroncong merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita.

Daftar isi


Asal-usul

Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya[1]. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Alat-alat musik
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup
  • ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
  • ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
  • gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
  • biola (menggantikan Rebab);
  • flut (mengantikan Suling Bambu);
  • selo; betot menggantikan kendang
  • kontrabas (menggantikan Gong)[2]
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).